September 18, 2013

Di Langit Itu

Di langit itu, purnama selalu menggegaskan kita berbincang tentang bulatnya yang penuh, utuh. Mengajari kita yang selalu saja diliputi ragu, terburu, atau mendebu; dalam keheningan yang tak pernah menjadikan kita segenap khusyuk. Purnama itu, bernyala mengingatkanku akanmu; yang menyederhanakanku pada puisi yang selalu kau tagih, mendiksikanmu lirih.

Dilangit itu, mentari selalu menceriakan kita dalam keanggunannya yang menjarumi fajar, berbinar. Menasihati kita untuk selalu mengazzamkan keyakinan akan mimpi-mimpi; yang mencipta dunia, pada sketsa peta yang kita rencana, membangun peradaban dengan cinta. Mentari itu mengingatkanku akanmu; yang menawankanku pada sajak yang selalu kau harap, mendiksikanmu senyap. 

Dilangit itu, hujan selalu mengajak kita menafakuri kejatuhannya yang menari bebas, ikhlas. memahamkan kita akan keterikatan takdir yang menyabar waktu; seperti hujan yang menyisi pelangi; menikmati sepenuh syukur, mengikhtiarkan segenap keringat, merapali seyakin doa. Hujan itu, bederma mengingatkanku akanmu; yang mengejawantahkanku pada prosa yang selalu kau minta, mendiksikanmu manja.

Dilangit itu; langit hatiku, yang akan selalu terukir namamu; aku tetap merindu dalam setiap sujud malamku; aku tetap mencinta, dalam segenap doa-doa; aku tetap menanti, hingga Tuhan merestumu; disini.

Jodoh Dunia Akhirat-ku..

Doc. pribadi


dalam "Jodoh Dunia Akhirat", hal.82