November 30, 2010

Organ Manakah yang Lebih Penting???

Bismillahirrahmanirrahiim..
Sahabat, Ingin berbagi niih..
Nih ada cerita keren, lucu tapi penuh makna, saya copas dari kompasiana  :)
Yuuk dibaca, Insya Allah bermanfaat.. :)


Cerita punya cerita sedang berlansung pelatihan Resusitasi Pijat Jantung (RPJ) atau Cardiopulmonary Resucitation (CPR). Otak, jantung dan lubang dubur bertindak sebagai instruktur pelatihan. Sedangkan pesertanya sisa organ tubuh lainnya. Sebagai instruktur mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan materi pelatihan di depan para peserta.

Otak:
“Saudara- saudara sekalian akulah satu-satunya organ yang paling berguna dalam tubuh manusia. Akulah yang mengendalikan semua pikiran dan gerakan tubuh manusia. Manusia – manusia yang berbuat tidak sesuai dengan norma dan budaya masyarakat akan dijuluki manusia tanpa aku. Padahal aku selalu ada di dalam kepala mereka.
Saudara-saudara, jika aku kekurangan oksigen selama 6 menit saja maka aku akan mati sekian persen. Jika batang otakku mati maka organ tubuh yang lain tidak bisa berfungsi. Itulah mengapa kalian dikirim di sini untuk belajar CPR supaya bisa menyelamatkan aku dari kekurangan oksigen”.

Jantung:
“Saudara-saudara, apa yang dikatakan otak adalah betul. Tetapi siapakah yang menyuplai oksigen ke dalam otak? siapakah yang memompa darah dan menyuplai makanan ke seluruh tubuh manusia?. Jika aku berhenti berdetak maka saat itulah kematian menjemput.
Saudara-saudara, kalian dikirim ke sini adalah untuk menyelamatkan aku. Mengembalikan aku kembali berdetak hingga aku bisa bertugas seperti sedia kala. Maka saat itu kehidupan bisa dipertahankan.
Oh.. ya, pernahkah anda mendengar otak kota? Yang sering anda dengar adalah jantung kota. Bahkan untuk menyebut kekasih manusia menggunakan kata si jantung hati. Sedangkan otak sering diidentikkan dengan tindakan kriminal seperti otak kasus pembunuhan, otak kasus mark up, otak perampokan, otak pencucian uang, otak korupsi, dsb.
Dari situ bisa anda simpulkan sendiri siapa yang lebih baik di antara kami”.

Giliran Lubang Dubur maju ke depan peserta untuk menyampaikan makalah. Otak, jantung dan semua peserta menertawakan organ yang satu ini. Suara gaduh dan cekikikan memenuhi seluruh ruangan. Ada yang sampai terpingkal-pingkal.

Lubang Dubur:
“Baiklah kalau kehadiran saya tidak dianggap penting saya akan meninggalkan forum yang terhormat ini”

Di hari- hari berikutnya lubang dubur tidak menampakkan diri. Di hari pertama seluruh peserta merasa tenang-tenang saja. Di hari kedua peserta organ perut mulai gelisah ia tampak kesakitan dan mules-mules. Ia menyalahkan mulut yang makan banyak dan terus menerus. Apalagi sajian makanan pada pelatihan sangat enak dan lezat. Di hari ketiga dan keempat terjadi kegelisahan di antara para peserta. Organ mata mulai berkunang-kunang, organ perut bertambah parah rasa mules dan mualnya. Berdiri susah dudukpun gelisah. Semua hanya mondar-mandir di depan kamar kecil. Mencoba masuk dan duduk di bilik perenungan tetapi tetap saja tidak mendengat suara plung.. plung….seperti biasanya.

Memasuki hari kelima organ otak mulai kliyeng – kliyeng. Demikian juga jantung mulai gelisah dan berdetak tidak karuan. Perut dan dada terasa sesak. Nafaspun tersengal-sengal. Semua organ lapor pada otak. Ia memanggil dokter tetapi semua diperiksa aman-aman saja. Ketika dokter menanyakan dimana lubang dubur sontak semua baru teringat.

Merasa sebagai pemimpin, otak menyelidiki apa gerangan yang sedang terjadi. Selidik punya selidik rupanya lubang dubur lagi ngambek, lagi demo dan unjuk gigi (eh….. punya gigi enggak sih). Ia enggan membuka kelebnya sebagi protes atas pernyataan otak dan jantung yang merasa super. Sok penting dan sok… sok…. yang lain.

Otak, jantung dan para peserta meminta maaf pada lubang dubur. Mereka mencabut pernyataan tempo hari di atas kertas bermaterai dan disaksikan pengacara masing-masing. Kemudian isi pernyataan permintaan maaf itu akan dimuat di media masa nasional satu halaman penuh selama tiga hari berturut-turut.

Setelah lubang dubur membuka kelebnya. Plung…. Plung…. Plung …. semua merasa plong. Otak dapat berpikir cerdas, jantung berdetak normal, mata tidak berkunang-kunang dan perut serasa nyaman. Pendek kata semua berjalan normal seperti sedia kala.

Atas rasa terima kasih mereka kepada lubang dubur maka diberilah kesempatan untuk berbicara di depan umum.

Lubang dubur:
”Saudara-saudara semua telah merasakan betapa pentingnya saya dalam menjaga kehidupan dan keseimbangan. Selama ini saya hanya dipandang sebelah mata. Belum tentu yang jelek menurut kalian tidak ada gunanya. Belum tentu yang baik menurut kalian akan selalu memberi manfaat. Maka jangan melihat sesuatu dari bentuknya yang penting fungsinya.

Manusia..Subhanallah..Sebuah kreasi indah yg belum bisa digantikan sampai sekarang. Penciptanya pun kreator yg pasti amat handal dan sempurna. Dia menyempurnakan setiap detail kecil dari bagian-bagiannya. Tidak ada satu pun bagian yang tercipta tanpa fungsi. Dari otak smpai lubang dubur sekalipun..hhe. 
Sumber : Google 

"(Begitulah) ciptaan Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan kokoh." (An-Naml : 88)







it's about my dreams ^^ part II

(Seismic-Menjemput Bidadari)

Bila yakin tlah tiba
Teguh didalam jiwa
Kesabaran menjadi bunga
Sementara waktu berlalu
penantian tak berarti sia2
saat prjalanan adalah pncarian diri

laksana zulaekha jalani hari
sabar menanti yusuf sang tambatan hati
dipenantian mencari diri
bermohonkan ampunan,dipertemukan..

Segera kujemput engkau bidadari
bila tiba waktu kutemukan aku
Ya Ilahi Rabbi keras kumencari diri spenuh hati
Teguhkanlahku dilangkah ini dipencarian hakikat diri
Dan izinkan kujemput bidadari
tuk Bersma menujuMu mengisi hari..


***

Menjemput bidadari...
Hmb..rasanya g bs kukatakan pd seseorang yg akn mnjemput nnti bhw aq adlh seorang bidadari..
Krn yg aq artikan,bidadari itu pasti dipandang sempurna,bkn sprti aq yg masih serba kekurangan..
Jauh sekali dr sosok bidadari pd setiap pandangan manusia.
Sungguh sangat jauh..
Bhkan mngkin tak trjangkau.. :)

ya,aq mmg mrasa g bs mnjadi bidadari sprti Ibunda Khadijah yg dewasa atw sprti Ibunda Aisyah yg cerdas, tp aq ingin istimewa dimatanya..di mata sang penjemput..
Si "KAKAK" yg aq crita di ctatan "Mimpi Anak Pertama"ku..^^

Aq ingin istimewa..
Istimewa dngn sgala keunikan yg kumiliki..(mmg apa unik'a??) :)
Istimewa dngn sgala kkurangan yg kharap bs aq perbaiki saat brsama'a..
Istimewa dngn sgala klebihan yg kharap dpt mlengkapi dan membuat'a nyaman.
Istimewa krn pengabdianku sbagai seorang istri kpda seorang suami meski mungkin diri ini masih perlu belajar banyak..
Ya..sekedar istimewa dan belum sesempurna bidadari seperti yang ada dalam alam pikiran manusia..

Tapi,trlepas dr arti bidadari itu,aq ttp ingn mnjadi bidadari mskipun bukan bidadari sprti pd pmikiran kebanyakan orang..
Aq ingn mnjadi bidadari pada alam pikiran'a, pada hati'a, dan pada kehidupan'a..
Bidadari yg tak sempurna tp bidadari yg sllu brusaha utk memberikan yang terbaik kpada'a,tentu'a dgn pengabdian..^^

Kuharap aq bisa, hingga dia pun dpt brkata bhw aq mmg adlh bidadari'a..
Dan kuharap, aq bisa mnjadi bidadari'a di dunia ini bhkn hingga di akhirat nanti..
Aaamiiin..^^

November 27, 2010

It's about My Dreams ^^

Aku anak pertama, dan tentu sja aku tak punya kakak..^^
ya,aku sulung dari 6 bsaudara. dan aku cm mo crita gmn rasanya jd seorang anak sulung, kk prtama, kk tertua. hmmb. Agk ssah utk jd kk tertua. Hrs bs mncari garis tngah antra sifat adik2 yg bragam, dimulai dr yg keras kepala, yg sensitif, yg sk nangis, yg egois, dll. Harus bisa mmberikan cntoh yang baik ke mereka, hrs bs jadi pmbicara ktika keadaan genting trjadi, hrs bs jdi pnengah klo ada yg brantem, hrs tegas mngambil sbuah kputusan dan satu lagi yg pling pnting & utama…gak blh pilih ksih diantara mreka smua…Semua sama rata, sama rasa..^^



Jujur saja, Sangat SUSAH, dan tak jarang aku GAGAL jika satu keadaan itu mncul. trkadang aku ngelakuin hal jelek,yg akhirnya mreka ikuti,ga bs jd penengah saat ada yg brantem, dan ga bs jd pmbicara yg baik..dan akhirnya jd gondok sendiri, kesal sendiri, marah sendiri..hhe..:) Tapi,walaupun bgitu, aku sayang banget sama mreka semua..dengan adanya mreka semua bisa membuatku kuat menjalani hidup yang gak pernah aku sangka bisa kulalui..(hhu.lebay)..tp mmng benar, aku tak prnh mrasa ksepian klo ada mreka. aku sring ke tempat teman, dan ngrasa ga nyaman, krn rumahnya trlalu sepi. dan sperti kurang hidup (halah),tapi d rmhku,tak prnah ada ksepian walau sring brantakan akbt ulah ade2q yg kecil..:))


Mereka adlh tmpat aq kmbali ketika ingin manja2an dan ngerasa di sayang..Apalagi Kalau lagi sakit, selain ibu, salah satu dr mreka psti ada yg mijitin walau trkadang hrs pke imbalan..hha.Aq bnr2 sk kngen sma mreka semua, palagi klo lg dkosan. Kangen sama suara bising rumah ktka qt semua ngumpul, kngn sama becandaan qt dan pastinya kangen ktika berebutan kue buatan ibu yg lagi hangat2nya trhidang..hihi..:D
love you so much my dear, my sisters and my brothers…^^ 
Walau begitu, tak jarang aku sngt ingin skali punya kakak. bhkan wktu msh kecil dulu, aku suka mimpi punya seorang kakak. tapi mustahil lah klo anak sulung punya kakak..hehehe. aku ingin punya kakak,kakak laki2, yg aku rasa bs ngebimbing aq, bs jd pelindung, bs jd penjaga, bs jd t4 curhat, dll. apalagi klo sdng ada mslah, sperti diganggu teman, diganggu anak nakal, pengen rasanya ada yg membela. walaupun mreka smpai harus main pukul2an atw tonjok2an. pasti senang rasanya, bs aman kemana2..ada bodyguard gratis. hhaha..aneh..!!! :)
Dan memang sangat aneh kalau aq sedari kecil bermimpi punya kakak. Kakak Kandung. hehe. Tapi spertinya, itu bukan mimpi kosong belaka kok. karena suatu saat aq pasti punya kakak. Kakak plus plus plus. Siapa? Siapa dia?? o'ow siapa dia?? ^.*

Dia Imamku..yang akan jadi Kakak plus plus plus-ku..Tak hanya jadi kakak, tp jd Imam dan sahabatku..Plus kan?? Sampaikan aku padanya yaa Rabb.. Sampaikan padanya, bahwa ada seorang Adik yg menunggunya..^^
Datangkan dia disaat Engkau merasa aku memang sudah Siap dan Pantas jadi adiknya..Aamiin..nanana...:)

Aku Calon Ibu..^^



Aku WANITA, dan Aku CALON IBU ..^^
Menjadi ibu, bagi kita adalah mimpi-mimpi yang dilatih dengan kerinduan, cinta, dan asahan rasa. Seruak cita itu adalah fithrah paling indah yang dikaruniakan Allah. Kecenderungan , rasa, kemuliaan!

IBU...!

Mulia cukup dengan telapak kaki perjuangan. Karena tak seorang pria pun memiliki kedudukan ini : tak seorang pria pun! Demi Allah, tak seorang pria pun!
IBU...!

Panggilan yang begitu menggetarkan, membiru haru, menggemakan rasa terdalam di diri setiap wanita. Selalu dan senantiasa! Ada nuansa, cita, imaji, dan gairah setiap kali kata tiga huruf plus tiga titik dan tanda seru itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil yang menyambut kehadirannya.
IBU...!

Ini kata tentang perempuan madrasah agung. Tempat anak-anak mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab, harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam. Ini dermaga pengaduan paling luas saat mereka merasa teraniaya. Ini belai paling menenteramkan saat mereka gelisah. Dan ini dekapan paling memberi rasa aman saat mereka ketakutan. Ibu, perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang, tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.
IBU...!
Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan. Dan kehormatan. Ibumu disebut tiga kali di depan, baru ayahmu menyusul kemudian. Begitulah Rasulullah menegaskan. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan. Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi berbaring, dan sakitnya melahirkan. Tapi juga senyum manis di saat berdarah-darah mendengar tangis sang putera pecah.
IBU...!
Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah, yang keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengaruniakannya pada kita. Persis sebagaimana ‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya. Ya, tapi mereka kan ummahatul mukminin, ibu dari semua orang beriman, kata kita. Pada posisi ini, memang. Tetapi mengandung, melahirkan, menyusui, menimang adalah bagian dari saat yang dinanti bersama hakikat kata Ibu..! Itu yang juga tak dirasai oleh ‘Aisyah sekalipun.
Atau terkadang penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan kata seterusnya jika panggilan itu tak segera hadir adalah ujian lain dari Allah. Alasan kesehatan, kerawanan melahirkan pada usia tertentu, menjadi gurita kecemasan lain yang mencoraki ujian itu. Lalu Allah menjawab di antara doa hambaNya, isteri Ibrahim dengan si shalih Ishaq, isteri ‘Imran dengan si suci Maryam, dan isteri Zakariyya dengan si ‘alim Yahya. Setelah penantian panjang, doa yang menghiba, dan rasa yang tersembilu...
IBU...!
Melodi paling harmoni yang menggemakan jagad dengan jihad agungnya.

(Baarakallaahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta, Salim A. Fillah)


Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai Sang Surya menyinari dunia 
(Kasih Ibu-H.Mutahar)

"Aku titip Ibuku ya Allah..

Jaga beliau ketika penjagaanku tak sampai padanya"




November 24, 2010

Barakahulaka, wa baraka’alaika wa jama’a bainakuma fiikhoir^^


"Saat dua hati berjanji
Tuk arungi hidup di jalan-Nya
Allah kan berkahi mereka
Kala dalam doa kala dalam asa.."
(Seismic-Ketika Dua Hati Menyatu)

Barakallah teman..
Semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah,Wa Rohmah..^^
kutahu prjuanganmu,
kutahu usahamu mnjadi anak yg brbakti utk org tua..^^
Maafkan ats sikap dan jwaban tdk brkenan hari itu..
dan kmu sdh tau alsannya..
Syukran sdh mau mngerti..^^

Afwan,afwan,dan afwan..:)
afwan, klo slma itu mmbiarkan mnunggu jwban tlalu lama..
bkn krn ga srius,tp cm ga mw trgesa2 mngmbil kptusan..
krn katanya, "tergesa2 itu biasanya brasal dr syaitan"..
:)

Hmb,satu lagi,,
alsan ats niat baikmu waktu itu,sungguh itu trlalu brlebihan..
"Aku tak sesholihah dan sebaik yang kamu kira"..
tapi aku akan ttp trus brbenah utk jd lbh baik..
dan smua yg kmu nyatakan waktu itu,akan jd motivasi buatku utk jd lbh baik..
:) :) :)

Aku yakin,bekal agama yg km mliki mmpu mmbimbing pasanganmu di jalanNya,
Selalu ada doa utk kalian,
dan syukran jg sdh mau mndoakan sy..
mndoakan agr pilihanq adlh plihan trbaik..
Smoga apa yg mnjadi plihan itu bnr2 adlh Pilihan yang terbaik buatku dan buat agama..
walau Kadang2 apa yg qt sukai tdk smestinya akn jd milik qt.
Malah mungkin itu hnya ujian semata yg Allah karuniakan utk qt spya iman qt lebih mantap.
Itu tujuan Allah..
Wallahu'alam apa yg akn trjadi slnjutnya..

Teringat pesanmu bhwa kmu tdk ingin hbungan prsahabatan kita trputus olh krena hal itu,
km ingin qt ttp sahabatan..
dan skrg trbukti kan?
KITA masih BERSAHABAT..
tak ada alasan untuk memutuskan tali silaturahmi..
:) :) :)

tahukah kamu?
kamu orang prtama yg mngutarakan "niat baik" itu,
kamu org prtama yg mmbuat aq mrasakan bgmn rasanya ditanyai hal pribadi sprti itu,
kamu orang prtama yg mmbuat aq mlewati hari yg pnuh kbimbangan sblm mmberi jwaban penting itu..
kamu org prtma yg mmbuat aq mnjlani hari dengan tiap istikharah demi istikharah utk dptkan ptunjuk dariNYA..
dan itu telah aku jadikan sbg pngalaman prtama yg brkesan..
yg mmbuatku blajar ttng bgaimana mnyikapi suatu pilihan hidup,
bgaimana mnyerahkan plihan itu hanya padaNYA,walau trnyata plihan yg kuambil mungkin membuat prasaanmu diselipi rasa kcewa,
sperti halnya aku yg diselipi sdkit rasa tak enak,dan brsalah,mngkin..:(
apalagi mngingat ttg Riwayat At Tirmizy dan lainnya bhwa akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi,
jika mnolak seseorng yg sbnrnya tlh qt ridhoi agamanya.. :(
jujur,aku sangat takut akn hal itu..

tapi,trnyata ada kkuatan lain yg bs mngimbangi dan mnutupi sdkit rasa takut itu..
yaitu KEYAKINAN yg bgitu besar trhadap seseorang..
tp sperti yg aku critakan sblmnya,bhwa ini adalah slah satu prjuanganku..
entah knp kyakinan itu bgitu besar,dan aq ingin setia utk itu..
walau sperti yg aq ktakan sblmnya,bhwa trkdang apa yg qt sukai tdk smestinya akn jd milik qt.
Malah mungkin itu hnya ujian semata yg Allah karuniakan utk qt spya iman qt lebih mantap..
mantap dlm artian bs mnjaga hati..
akan tetapi,aku jg sudah siap jika mmg pilihanku itu bkn pilihanNya,
dan ada pilihan yg lain yg tlh DIA siapkan..^^
syukran sdh mau mngerti dan mendoakan..

*Ternyata ada AKU,KAMU,dan DIA dalam urusan JODOH KITA*
(tak pernah disangka sbelumnya,dan inilah skenarioNYA yg tak prnh bisa qt ketahui,smpai hal itu bnr2 trjadi,Subhanallah)

Yakinlah bahwa jodohmu itu adalah jodoh yang TEPAT dan TERBAIK,
yg ALLAH telah pilihkan untukmu..
Semoga Allah swt senantiasa memberikan barakahNya dlm pernikahan kalian,
mengumpulkan kalian dlm kebaikan, dan memisahkan kalian pula dlm kebaikan..
Amiin..^^


“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”(QS. 36:36)

Saat dua hati berjanji
Tuk arungi hidup di jalan-Nya
Allah kan berkahi mereka
Kala dalam doa kala dalam asa

Menjadilah mentari bening pagi
Terangi bumi terangi hati
Menjadilah keheningan malam
Kala berjuta insan larut dalam doa

Selamat datang kawan
Di duniamu yang baru
Kudoakan semoga bahagia

When two people get marry
To take the life together on the way
Allah shall give them one more bless
When life in love and try
When life in love and pray

Just be the sunshine in the morning day
Give it shine to the world let everyone to see
Just be the quiteness in the night
When many people cry when many people pray

Welcome to the new world my friends
You both have to face all in love
All I could do just pray
And I do I pray..^^
(Seismic - ketika dua hati menyatu)

**Dari sahabat untuk sahabat** :) :) :)

November 23, 2010

Memuliakan Anak Perempuan :)

Barang Siapa Memuliakan Anak Perempuan, Janji Surga Telah Menantikannya

Kelahiran anak laki-laki, hingga kini, dianggap sebagai pelanggeng garis keturunan keluarga. Tak sedikit pula yang menjadikannya penanda kehormatan. Sebaliknya, berbagai belitan kesedihan dan rasa malu menghantui pasangan yang ‘hanya’ dikaruniai anak perempuan. Padahal, dalam Islam, jika anak-anak perempuan itu dimuliakan yang terurai dalam sikap kasih sayang, memberikan pendidikan dan pengajaran agama yang baik, janji surga telah menantikannya.

 Perasaan kecil hati kadang menyelimuti pasangan yang belum juga dikaruniai anak laki-laki. Bahkan tak sedikit orang tua yang lebih mendambakan bayi yang hendak lahir ini laki-laki dibanding keinginan untuk mendapatkan anak perempuan. Demikianlah keadaan mayoritas manusia sebagaimana dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629)

Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)
Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِاْلأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ. يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59)

Sementara di dalam Kitab-Nya yang mulia, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam perbuatan mengubur anak-anak perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا الْمَوْءُوْدَةُ سُئِلَتْ. بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ
Dan ketika anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, atas dosa apakah dia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9)

Al-Mau`udah adalah anak perempuan yang dikubur hidup-hidup oleh orang-orang jahiliyah karena kebencian terhadap anak perempuan. Pada hari kiamat, dia akan ditanya atas dosa apa dia dibunuh, untuk mengancam orang yang membunuhnya. Apabila orang yang dizalimi ditanya (pada hari kiamat kelak, –pen.), maka bagaimana kiranya persangkaan orang yang berbuat zalim (tentang apa yang akan menimpanya, –pen.)? (Tafsir Ibnu Katsir, 8/260)

Demikianlah Islam memuliakan anak perempuan. Selain dalam Al Qur’an, dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam didapati pula larangan yang jelas dari mengubur anak perempuan. Hadits ini disampaikan oleh Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ 
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada ibu, menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah membenci bagi kalian banyak menukilkan perkataan, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593)


Wa`dul banat adalah menguburkan anak perempuan hidup-hidup sehingga mereka mati di dalam tanah. Ini merupakan dosa besar yang membinasakan pelakunya, karena merupakan pembunuhan tanpa hak dan mengandung pemutusan hubungan kekerabatan. (Syarh Shahih Muslim, 12/11)
Di sisi lain, dalam agama yang mulia ini ada anjuran agar orang tua yang dikaruniai anak perempuan memuliakan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan:

جَاءَتْنِي مِسْكِيْنَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيْهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا، فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِي كَانَتْ تُرِيْدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأَعْجَبَنِي شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ وَأَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630)
Dalam riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan baik kelak pada hari kiamat:

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ -وَضَمَّ أَصَابِعَهُ-
Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari jemarinya”. (HR. Muslim no. 2631)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)
Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ، فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأَطْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ، كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ القِيَامَةِ
Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”)

Tidak hanya itu saja, dalam berbagai riwayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggarisbawahi hal ini. Jabir bin Abdillah rahimahullahu mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثَُ بَنَاتٍ، يُؤْوِيْهِنَّ، وَيَكْفِيْهِنَّ، وَيَرْحَمُهُنَّ، فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَعْضِ القَوْمِ: وَثِنْتَيْنِ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَثِنْتَيْنِ
Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan yang dia jaga, dia cukupi dan dia beri mereka kasih sayang, maka pasti baginya surga.” Seseorang pun bertanya, “Dua juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dan dua juga.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 58: “Hasan”)
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُدْرِكُهُ ابْنَتَانِ، فَيُحْسِنُ صُحْبَتَهُمَّا، إِلاَّ أَدْخَلَتَاهُ الْجَنَّةَ
Tidaklah seorang muslim yang memiliki dua anak perempuan yang telah dewasa, lalu dia berbuat baik pada keduanya, kecuali mereka berdua akan memasukkannya ke dalam surga.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 57: “Hasan lighairihi”)

Agama yang sempurna ini juga memberikan gambaran tentang pengungkapan sikap kasih sayang orang tua kepada anak perempuannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh bagi umat beliau melalui pergaulannya dengan putri beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anha . Tentang ini, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkisah:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ كَانَ أَشْبَهَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَمًا وَلاَ حَدِيْثًا وَلاَ جِلْسَةً مِنْ فَاطِمَةَ. قَالَتْ: وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَآهَا قَدْ أَقْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا، ثُمَّ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهَا حَتَّى يُجْلِسَهَا فِي مَكَانِهِ، وَكَانَ إِذَا أَتَاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحَّبَتْ بِهِ، ثُمَّ قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ
Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 725)

Demikian pula yang dilakukan oleh sahabat beliau yang terbaik, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu . Diceritakan oleh Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu:

دَخَلْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ عَلَى أَهْلِهِ، فَإِذَا عَائِشَةُ ابْنَتُهُ مُضْطَجِعَةٌ قَدْ أَصَابَتْهَا حُمَّى، فَرَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ يُقَبِّلُ خَدَّهَا وَقَالَ: كَيْفَ أَنْتِ يَا بُنَيَّةُ؟
Aku pernah masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata ‘Aisyah putrinya sedang terbaring sakit panas. Aku pun melihat Abu Bakr mencium pipi putrinya sambil bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?” (HR. Al-Bukhari no. 3918)

Dalam hal pemberian, Islam juga mengajarkan untuk memberikan bagian yang sama antara anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu:
تَصَدَّقَ عَلَيَّ أَبِي بِبَعْضِ مَالِهِ. فَقَالَتْ أُمِّي عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لاَ أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقَ أَبِي إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِي. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلِّهِمْ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: اتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي أَوْلاَدِكُمْ. فَرَجَعَ أَبِي فَرَدَّ تِلْكَ الصَّدَقَةَ
Ayahku pernah memberiku sebagian hartanya, lalu ibuku, ‘Amrah bintu Rawahah, mengatakan padanya, “Aku tidak ridha hingga engkau minta persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka ayahku pun menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta persaksian beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya, “Apakah ini kau lakukan pada semua anakmu?” “Tidak,” jawab ayahku. Beliau pun bersabda, “Bertakwalah kepada Allah tentang urusan anak-anakmu.” Ayahku pun kembali dan mengambil kembali pemberian itu.” (HR. Al-Bukhari no. 2650 dan Muslim no. 1623)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan tentang hadits ini bahwa semestinya orang tua menyamakan di antara anak-anaknya dalam hal pemberian. Dia berikan pada seorang anak sesuatu yang semisal dengan yang lain dan tidak melebihkannya, serta menyamakan pemberian antara anak laki-laki dan perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 11/29)

Begitu pula dari sisi pendidikan, orang tua harus memberikan pengajaran dan pengarahan kepada anak-anaknya, termasuk anak perempuannya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ البَهِيْمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ؟
Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak akan melahirkan binatang ternak yang sempurna. Apakah engkau lihat ada binatang yang lahir dalam keadaan telah terpotong telinganya?” (HR. Al-Bukhari no. 1385)

Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga dia membutuhkan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama maupun dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)
Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ أَوْ بِذَاتِ الْجَيْشِ انْقَطَعَ عِقْدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى التِّمَاسِهِ، وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ. فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ فَقَالُوا: أَلاَ تَرَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتْ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسِ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ. فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكْرٍ وَقَالَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُوْلَ، وَجَعَلَ يَطْعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلاَ يَمْنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ إِلاَّ مَكَانُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي. فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ أَصْبَحَ عَلََى غَيْرِ مَاءٍ، فَأَنْزَلَ اللهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ، فَتَيَمَّمُوا. فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الْحُضَيْرِ: مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ. قَالَتْ: فَبَعَثْنَا البَعِيْرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، فَأَصَبْنَا العِقْدَ تَحْتَهُ
Kami pernah keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu safarnya. Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ. Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari mengeluhkan, “Tidakkah engkau lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu Bakr segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr berkata, “Engkau telah membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tidak berair, padahal mereka juga tidak membawa air!” Aisyah melanjutkan, “Abu Bakr pun mencelaku dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahku untuk bergerak karena rasa sakit, kecuali karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur di pangkuanku. Keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun melakukan tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berkata, “Ini bukanlah barakah pertama yang ada pada kalian, wahai keluarga Abu Bakr.” ‘Aisyah berkata lagi, “Kemudian kami hela unta yang kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 267)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58)
Inilah di antara pemuliaan Islam terhadap keberadaan anak perempuan. Tidak ada penyia-nyiaan, tidak ada peremehan dan penghinaan. Bahkan diberi kecukupan, dilimpahi kasih sayang diiringi pendidikan yang baik, agar kelak memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya di negeri yang kekal abadi. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.


http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/06/16/barang-siapa-memuliakan-anak-perempuan-janji-surga-telah-menantikannya/ 

November 20, 2010

Berduka Dalam Tenang..^^


Duka ini, adalah duka yang tenang
Sepenuh kesungguhan,
Aku menutup sepenggal episode kebersamaan..
Sepenuh kesadaran,
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan..
Sepenuh jiwa,
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam..
Sepenuh keyakinan,
Aku mengantarnya pergi
Dari jalan penjang hidupku ke depan..

Aku berduka, dengan duka yang tenang
Atas keyakinan,
Kehilangan ini adalah wajar adanya..
Atas kepastian,
Proses hidup memang demikian jalannya..
Atas kepercayaan,
Esok 'kan datang yang lainnya..

Aku berduka dalam tenang..^^



Dikutip dari :
:: Catatan Wanita Lajang by Azimah Rahayu ::

November 19, 2010

♥R o m a n t i s♥



Tadi Siang saat mau plng dr RS,tanpa sengaja mata sy terpaku pda Sepasang kakek nenek lewat di hadapan sy stlah kluar dr Poli ; keduanya sudah brumur lanjut, perkiraanku mreka adalah pasangan suami istri, kira-kira berusia 60-70an..bjalan tertatih2,namun sang nenek tampak sdh lebih lemah dibanding sang kakek ..:)


Romantis..
Tak malu mreka saling mnggenggam tangan, saling mmberikan kekuatan, shingga mreka seakan-akan tak memerlukan sebuah tongkat penyangga untuk berjalan; Tampak tatapan penuh cinta dan kasih syang, seakan mreka saling berbisik, "Cinta, kamu masih seindah dan secantik yg dulu, ketika kita prtama bertemu, wlau kini wajah dan tanganmu yg ada dlam genggaman tanganku ini sdh berkeriput,dan rambut yg dulu hitam lebat,kini sdh jd putih,Genggam tangan ini erat2 dan aku janji tak akan mmbuatmu trjatuh.."
Subhanallah indahnya..^^
(Ngayal Mode : ON)


Dlam pikiran sy, mengagumkan btapa kuatnya cinta mreka, krena itu brbagai kekurangan dan kesalahanpun yg dibuat diantara mreka, tak akn mampu mmisahkan mereka. Mungkin ini yg dinmakan mencintai karena Allah.Hingga akhirnya pmandangan yg indah ini mlambungkan sy pda sbuah angan "andai cerita itu berpihak pada  saya..hihihi


Jika Allah mmberi qta umur panjang, qt pun akan menjadi kakek nenek sprti mreka. Seganteng apapun seorang laki-laki, dan secantik apapun seorang perempuan, bila sudah mencapai usia tua, mka hilanglah semuanya.Tapi Insya Allah rasa kasih dan sayang akan selalu abadi antara suami dan istri..jika mreka mmng saling mncinta,cinta yg benar benar cinta karenaNYA..

Yaa  Allah, berikan aku yang terbaik..Berikan sy yg trbaik menurutMu, semua karenaMU..itu keinginan hati saya..Sujud syukur kepadaMu atas segala cinta yang datang pada diri ini, Wahai Allah Yang Maha Cinta.. ^^

Mencintai Sejantan Ali..^^

Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya  itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
"Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan"

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).

Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridhoNya, bersabarlah dengan keindahan..Demi Allah dia tidak akan datang karena kecantikan dan ketampanan, kepintaran ataupun kekayaan. Tetapi Allah lah yang menggerakkan. Janganlah tergesa mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kamu cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah??? Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap - derap hati rapat - rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah di saat yang tepat.
Kisah ini disampaikan disini,bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis2an tapi disampaikan agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan  Fatimah yang ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu. Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba..^^